Saturday, October 27, 2007

Ngadu Dindang Gasing

Teks dan Foto: Syam dusunlaman

Ramai nian hari itu. Orang berkumpul di bekas lapangan tenis dusun Prabumulih. Para pegasing beradu terampil. Alit terlilit di leher gasing. Sekejap kemudian alit tersentak. Gasing pun terlontar. Menari-nari di atas gelanggang. Makin lama gasing berdindang, ia layak jadi pemenang.

Ramai nian hari itu. Tua-muda, lelaki-perempuan, menonton turnamen gasing. Ada sorak, ada keluh. Mata tak berkejap. Menyaksikan gasing-gasing tulen berlaga di gelanggang.

Ramai nian hari itu. Petani, pedagang, anak sekolah, pengangguran, wakil rakyat, bahkan wakil walikota, ikut gembira.

Wakil walikota gembira ikut bergasing, seolah lupa sebentar lagi pilkada.
Wakil rakyat senang ikut bergasing. Duh nikmat nian, seakan tak ada lagi "perda bermasalah".
Petani ladas ikut bergasing, kebun karet ditinggal sementara.
Pedagang riang ikut bergasing, lupakan sejenak perkara rugi-laba.
Pengangguran (seperti saya) bersuka ikut bergasing, yang punya utang bisa-bisa lupa.

















Friday, October 26, 2007

Gasing Kembali Berpusing Di Prabumulih


Teks dan Foto Oleh: Syam dusunlaman

pada penghujung musim penghujan, banyak nian kegiatan masyarakat Prabumulih. Yang utama adalah menyiapkan lahan bakal huma (ladang) mereka. Berurut mereka memasuki musim penebasan, musim penebangan, hingga nantinya musim penunuan (membakar lahan) dan musim penugalan (musim tanam padi).

Di sela-sela penyiapan lahan (masa penebasan dan penebangan) sembari beristirahat para peladang membuat gasing dari kekayuan yang terdapat di lahan bakal huma. gasing yang baik (gasing tulen) umumnya dibuat dari jenis kayu keras seperti unglen atau ulin dan manggris. Gasing yang mereka buat adalah buah tangan bagi anak-anak mereka yang tinggal di rumah. Meski demikian gasing juga kaprah dimainkan orang-orang dewasa.

Usai musim penebasan dan penebangan, sembari menunggu lahan bakal huma siap dibakar, gasing marak dimainkan di dusun-dusun wilayah Prabumulih.

Menjelang era 1980-an hingga awal 2002, gasing perlahan mulai jarang dimainkan. Baru kemudian pada tahun 2003, Mulan Komunitas sebuah perhimpunan anak-anak muda di Prabumulih menggagas sebuah perhelatan untuk mengembalikan gasing agar kembali berpusing di Prabumulih, dalam format sebuah turnamen.

Proyek revitalisasi budaya yang sebagian besar masih mengandalkan "modal dengkul" ini hanya sempat absen pada tahun 2005 karena keterbatasan sumberdaya. Namun pada tahun-tahun berikutnya, gasing tetap hidup hingga kini, dan ramai diikuti para pemain gasing dari dusun-dusun se-Prabumulih. Tahun ini, Turnamen Gasing Prabumulih Cup IV digelar satu pekan setelah hari raya Idul Fitri silam (20-21/10/07). Turnamen gasing kali ini diramaikan pula dengan partisipasi para penggemar tanaman hias Prabumulih dengan Pameran Pakis Hias dan Bonsai.

Hasil akhir dari turnamen gasing keempat ini, menempatkan Mat Seli, pemain gasing asal dusun Muara Tiga menjadi juara bertahan yang berhak kembali memegang lambang supremasi pegasing se-Prabumulih. Yakni, sebuah piala bergilir "Pehabong Uleh", sebuah piala kayu berbentuk gasing karya Perupa Palembang, Kohar Muzakir.

Sampai bertemu lagi pada rangkaian "keliling gasing" Lustrum Turnamen Gasing Prabumulih Cup 2008!

Bioskop Nasional Kini

Oleh: Syam dusunlaman



Bangunan tua yang tampak tak terawat ini dulunya merupakan salah satu pusat hiburan kenamaan di Prabumulih, Bioskop Nasional. Dusunlaman pernah memuat sebuah memoar yang ditulis oleh Topan Redda Hasanuddin, salah seorang cucu salah seorang pemilik bioskop ini.

Dulu di Pasar Prabumulih berdiri empat buah bioskop. Namun, kesemuanya bernasib sama dengan kebanyakan bioskop lain di Indonesia. Gulung tikar.

Meski demikian, Bioskop Nasional ini merupakan satu-satunya bekas bioskop yang bangunannya belum mengalami pemugaran. Bagi warga Prabumulih, di gedung ini banyak kenangan pernah bersemi.

foto-foto berikut merupakan gambar terkini beberapa sisi bangunan Bioskop Nasional yang berada di sisi Jalan Urip Sumoharjo. Tampak seseorang menyusuri koridor teras bioskop.















Pameran Pakis Hias Ramai Pengunjung







Suasana Pameran Pakis Hias dan Bonsai Prabumulih (20-21/10/07) silam. Sejumlah pejabat publik tampak menghadiri yang mengunjungi pameran, di antaranya Wakil Walikota Prabumulih Yuri Gagarin, Anggota DPRD Prabumulih M. Erwadi dan Erwansyah (atas), Sulur pakis yang memesona (kiri tengah), suasana di stan pameran (kanan tengah), dan Yuri Gagarin sedang berbincang tentang bonsai dengan beberapa penggemar bonsai.









Thursday, October 25, 2007

Pakis Simpai Nan Memukau



Jenis pakis (fern) ini memiliki banyak nama. Kalangan hobbis menyebutnya di Prabumulih menyebutnya Pakis Simpai. Nama "simpai" yang berarti nama satu spesies kera yang berbulu keemasan memang cocok diberikan pada spesies pakis ini, mengingat bonggolnya ditumbuhi bulu halus seperti rambut yang tumbuh di sekujur tubuh kera.

Penggemar tanaman hias di Palembang menyebutnya pakis monyet, ada juga yang menamainya pakis Sun Go Kong. Nah, Sun Go Kong itu kan nama kera dalam satu legenda Cina kuno dimana sang kera juga memiliki bulu berwarna keemasan?!



Bulu ini tidak hanya memperelok penampilan sang pakis. Konon, sang bulu juga dipercaya sebagai obat luka.

Foto-foto pakis simpai yang ditampilkan disini diambil pada pagelaran Pameran Pakis Hias dan prabumulih yang diselenggarakan di Prabumulih, 20-21 Oktober baru-baru ini.








Pakis Hias Bersemi di Prabumulih


Oleh: Syam Asinar Radjam

Pakis merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak ditemukan di dunia. Diperkirakan, sekitar 12.000 spesies pakis tumbuh di bumi. Sebagian besar spesies pakis hidup di alam tropis seperti di Indonesia.

Di Pulau Sumatera, Pakis tumbuh di banyak habitat. Mulai dari dataran rendah hingga pegunungan. Mulai dari daerah yang beriklim relatif panas seperti Prabumulih sampai sampai kawasan sejuk pegunungan bukit barisan.

Aneka spesies pakis memiliki keindahan tersendiri. Terutama pada daun. Karenanya, meski masih masih terbatas, beberapa penggemar (hobiis) tanaman hias memanfaatkan tumbuhan ini sebagai penghias rumah. Di antara jenis yang sedikit itu adalah jenis-jenis suplir dan pakis haji. Padahal masih amat sangat kelewat banyak spesies pakis dengan keindahan yang unik dapat ditemukan di alam tropis Indonesia.

Bagi kalangan penggemar tanaman hias di Prabumulih, keelokan pakis mulai marak dilirik sejak sekitar dua tahun silam. Mereka mulai mengoleksi aneka pakis yang diambil dari hutan-hutan alam sekitar kota Prabumulih. Beberapa spesies pakis yang mulai populer adalah pakis lengguang, pakis simpai atau pakis emas, dan... pakis gajah.

Belajar dari pengalaman Maulid, salah seorang penggemar pakis menyebutkan bahwa bertanam pakis amat mudah. Anakan pakis yang mereka dapatkan dari hutan atau kebun mereka, tinggal dipindahkan ke pot yang telah diisi dengan media tanam (tanah atau kompos).

“Asal jangan lupa disiram,” pesan Maulid. ”Tumbuhan ini membutuhkan air yang cukup. Sebab, di habitat aslinya, pakis tumbuh di tepi-tepi sumber air seperti danau atau sungai. Kendati demikian, jenis pakis yang terdapat di Prabumulih umumnya tidak menyukai kondisi yang tergenang air.

Mengenai pemupukan, pakis hias juga tidak rakus unsur hara. “Jika dirasa perlu, bolehlah diberi pupuk daun. Cukup dengan menggunakan NPK secukupnya,” imbuh Maulid.

“Pakis adalah tanaman hias yang cocok untuk segala kebutuhan, baik sebagai penghias halaman, di dalam ruangan, bahkan untuk lanskap yang luas. Selain sebagai tanaman hias, pakis juga bermanfaat sebagai tumbuhan obat,” tambah Syamsi Asrtoni, salah seorang penggemar pakis hias lain.


[Syamsi Artoni | foto oleh Syam]

Saat ini kalangan penggemar pakis hias memang baru sebatas mengoleksi. Ke depan mereka berniat membudidayakannya. “Sekarang kami sedang mempelajari bagaimana teknik perbanyakan tumbuhan ini,” lanjut Syamsi.

Upaya Maulid dan rekan-rekan merupakan salah satu upaya konservasi dan bukti kecintaan mereka pada kekayaan alam Prabumulih. Karena, seiring perkembangan kota Prabumulih, hutan-hutan alam semakin sedikit, dan semakin sedikit pula tumbuhan pakis dapat ditemukan di alam.

Buah ketekunan orang-orang gila

Pakis hias memang mulai bersemi di Prabumulih. Dua tahun silam, gara-gara ide Maulid dan rekan-rekannya untuk memopulerkan tumbuhan ini sebagai tanaman hias, mereka dianggap orang-orang gila. Sebab, tumbuhan ini merupakan tumbuhan liar yang sangat gampang ditemukan di kawasan tepi kota Prabumulih.

Namun, saat ini pekerjaan “orang-orang gila” ini telah mendapat tempat di hati para penggemar tanaman hias Prabumulih. Tak hanya diminati oleh masyarakat Prabumulih, banyak juga perantau asal Prabumulih menjadikan pakis sebagai buah tangan untuk dibawa ke kota-kota di Jawa.


[Pakis Gajah | Foto oleh Syam]


[Pakis Emas atau Pakis Simpai (Kera Emas) | Foto oleh Syam]


[Pakis Lengguang | Foto oleh Syam]





banner8.gif