Saturday, June 16, 2007

Jus Kemang!

Jus Kemang!

Syam Asinar Radjam [dusunlaman]

Ada yang membuat kunjungan saya ke Bogor beberapa bulan lalu (28/02) berbeda. Jus buah kemang!

Kemang (Mangifera kemanga caecea) bukanlah buah asing bagi saya. Sejak kecil saya mengenal buah yang berkerabat dengan mangga (Mangifera indica) ini. Tapi, kali pertama menikmatinya dalam bentuk jus atau sari buah, ya baru saat itu.

Di kampung kelahiran saya, buah ini sangat populer. Bukan hanya karena ada dua tempat yang namanya berasal-usul dari nama buah ini (bawah kemang, dan kemang tanduk). kemang paling populer untuk dibuat sambal. Daging buah kemang yang matang dicacah, dibumbui cabai, garam dan sedikit terasi. Disajikan sebagai sambal mentah maupun sedikit ditumis sama enaknya. Apalagi bila disantap bersama gulai atau pindang ikan patin. Wuiiih...


Konon di beberapa daerah, daging buah kemang yang matang dijadikan asinan dan diawetkan dalam garam, dan disimpan dalam botol untuk membuat sambal jika tidak sedang musim buah. Serupa dengan mengawetkan duren menjadi tempoyak.

Ada sebagian orang, termasuk saya menyukainya untuk disantap selayaknya buah segar. Rasanya fantastis. Di balik kesegarannya dan keharuman khasnya, campuran rasa asam, manis, dan kelat bermain di lidah. Sensasi rasa asamnya bisa bertahan selama beberapa jam di gigi.

Tapi jangan mencoba buah yang bentuknya lonjong hampir bulat telur ini jika buahnya masih mentah. Getah kemang muda tergolong "tajam" dan dapat menyebabkan jika tersentuh kulit. Rasanya mirip seperti luka bakar.

Dibanding keluarga mangga yang lainnya, kemang memiliki kulit yang tipis (1 mm). ketika masih muda, si kulit tipis ini berwarna coklat pucat atau kadang kekuningan, lalu berubah menjadi agak kuning cerah agak kehijauan serta lebih mengilap ketika matang. Daging buahnya berwarna putih susu, bertekstur lembut serta berserat sedikit.

Menanti kemang berbuah adalah salah satu keasyikan tersendiri. Terutama ketika bayangan merah jambu bunganya memantul di permukaan air sungai nan jernih. Kebetulan sebatang pohon yang kemang yang berdiri tegak lurus, tinggi meraksasa, tumbuh di tepi sungai tak jauh dari rumah orang tua saya. Tepatnya di "jerambah kuning, satu tempat pemandian yang berada di aliran sungai jambat teras.

Saya tidak tahu apakah saat ini pohon kemang itu masih berdiri di sana. Yang pasti, jus kemang di salah satu kantin yang berjejer di sayap kiri lapangan Sempur Bogor telah mengingatkan saya pada salah satu buah favorit saya ini. Sampai-sampai, dalam perjalanan pulang kembali ke Jakarta, saya membeli 2 kilo kemang mengkal yang banyak dijual di stasiun Merdeka Bogor. Berharap menikmati jus kemang di rumah, sebanyak yang saya hasratkan.

Sesampai di rumah, saya baru sadar. Kami belum punya juicer atau blender sekalipun.[]

1 comment:

  1. Sambal kemang juga akan terasa lebih nikmat jika dimakan pake tempe goreng sambil dicocol..ehmm enak...ada yang jual pindang enak di daerah bakaran, kalo pulang boleh dicoba. kalo mau ke Palembang, didaerah indralaya ada yang jual pindang eenak juga..namanya rumah makan berkat..silakan coba...

    ReplyDelete

Silakan Komentar, tapi jangan nyampah :D

banner8.gif