Saturday, August 4, 2007

Tentang Kelamin, Kemaluan, dan Barang Berekor yang Jahat

Oleh : Pulung Amoria Kencana

Mohon jangan terburu nafsu dan menjadi salah paham. Anda barangkali akan segera tersenyum simpul atau mungkin terpancing untuk bersumpah serapah demi membaca judul yang telah saya sajikan di atas sana.

Busyet, dah ini orang... Bikin judul ato judul, yak?! Ha ha! Sesungguhnya sayalah yang pertama kali terkaget-kaget mendengar kata-kata di atas berseliweran bebas di dalam percakapan anggota keluarga "baru" saya, keluarga calon suami saya yang kebetulan adalah seorang asli Prabumulih.

Waktu itu, sepertinya kami, saya dan pacar saya (sekarang suami) sedang bersiap untuk berangkat pergi dari rumah kami di Prabusari, Prabumulih, menuju ke suatu tempat entah kemana, saya lupa. Tiba-tiba seorang tua (barangkali paman, saya juga lupa) berteriak kira-kira begini, bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia: "Hei, hendak kemana itu dua kelamin?"

?". Saya terpukau. Takjub dengan apa yang baru saja saya dengar. Antara merasa bingung dan hendak tertawa geli, saya memandangi pacar saya itu... minta penjelasan! Anda tentu bisa membayangkan rasanya mendengar kata "dua kelamin" yang diucapkan dengan santai sebagai sebutan untuk dua orang lain yang sedang berjalan bersama, bagi seorang yang bukan asli Prabumulih!

Dengan tertawa-tawa, akhirnya saya mendengarkan penjelasan tentang pemakaian kata kelamin untuk kata penunjuk satuan jumlah orang yang biasanya sepasang! Kenapa kelamin? tanya saya takjub. Padahal jawabannya sungguh sederhana: Itulah
bahasa! dan ini Bahasa Melayu, lho... artinya jangan-jangan malah inilah aslinya cikal-bakal Bahasa Indonesia. Kenapa kelamin? Kenapa enggak?

Belum selesai rasa geli saya ketika pada kesempatan yang lain saya mendengar sebuah kalimat lucu yang lain. Pada telinga saya yang awam kira-kira bunyinya begini: :"Apa nggak
kemaluan itu orang pake baju model begitu"... Ha ha ha! Kemaluan! O... kata-kata itu...

Saya ngakak! Sungguh ngakak mendengarnya. Ini memang bahasa khusus (barangkali)
Prabumulih. Dan akhirnya saya sungguh menikmati belanja telinga saya yang mendapatkan cara penggunaan kata seperti 'kelamin' dan 'kemaluan' yang tidak diucapkan dalam konteks tabu atau negatif. Sesuatu yang bukan sedang memaki atau bahkan bukan juga sedang membicarakan tentang "alat kelamin" yang biasa kita sebut dengan "kemaluan".

Selanjutnya, saya mendengar calon kakak ipar saya waktu itu sedang menghitungi berapa jumlah piring rusak setelah dipakai dalam acara makan-makan saat lebaran: "Ini
jahat... Ini juga jahat... Ini nggak... Ini bagus... Coba itu berapa ikok (ekor) yang jahat?" Hah? Piring jahat? Ada berapa ekor? Huahahaha.....

Lengkaplah sudah belanjaan
Bahasa Prabumulih saya. "Kelamin" dan "kemaluan" yang bebas bergentayangan, dan barang-barang ber"ekor" yang bertampang "jahat". Ha ha ha.

Ini adalah oleh-oleh paling menarik yang bisa saya bawa pulang ke Jakarta. Oleh-oleh yang masih bisa menerbitkan tawa kami berdua (saya dan mantan pacar saya itu/ sekarang suami).
Saya masih menunggu waktu untuk bisa pulang lagi ke
Prabumulih, kampung suami saya itu, dan belanja banyak istilah dan kebiasaan unik yang bisa memperkaya kita semua.

Sekarang saya anggota
'Darmawanita Prabumulih'... Artinya perempuan non-Prabumulih yang menikah dengan penduduk asli Prabumulih, dan saya selalu menikmati bebunyian dari mulut suami yang sedang bertelepon dengan kerabat dan handai-tolan sekampungnya.

Apa artinya? Kau tadi cerita apa? Itu pertanyaan saya selalu.[...]

LeBul, 4 Agustus 2007
Catatan Seorang Perempuan Pejalan Yang Menikah dengan Seorang Asli Prabumulih

3 comments:

  1. Dear BuRuLi,
    Begitu juga kiranya pengalaman mantan pacar (sekarang yang jadi suamiku) pada saat pertama kali bertandang ke prabumulih tercinta. Dan sekarang dia sudah bisa berbahasa yg 'jahat' itu walaupun masih dengan logat yang lucu

    ReplyDelete
  2. He he he,
    Mbak Anonymous... Kalo begitu selamat buat suami anda yang sudah bisa berdamai dengan bahasa dusun yang unik itu. Saya masih berusaha.

    Oke, Mbak Tanpa Nama... sampai kabar berikutnya.

    Salam,
    Ria

    ReplyDelete
  3. Haha, memang BuRuLi itu banyak kagetnya... di blog lama dusunlaman http://dusunlaman.blog.com, ada beberapa catatan kekagetan BuRuLi.

    ReplyDelete

Silakan Komentar, tapi jangan nyampah :D

banner8.gif